Senin, 19 September 2011

Talk Show 2011

SALAM LUAR BIASA!!

Spesial Buat Adik-Adik 2011 FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang ingin menjadi MAHA
SISWA LUAR BIASA,,

4 Tahun kuliah dengan pengalaman2 luar biasa, menjalani hidup baru di FKIK dengan luar biasa,, maka jangan lewatkan belajar dari Bukti nyata Mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah..

Jangan sampai ketinggalan yah,
"Talk Show dengan Kak Pradipta Suarsyaf, CH, CHt..."

Daftarkan dirimu sekarang,
Ketik = NAMA_JURUSAN kirim ke 085780689422
Ditunggu kedatangannya... :)

CP: Kak Yusna Fadliyyah Apriyanti 085780689422



KomDa FKIK (Rohis-nya FKIK)
Keep your SMILE
*Berbagi Inspirasi, Berbagi Motivasi*

Campus Fair 2011


bismillah..

Spesial Buat Kamu Para Maba..

IT'S FREE !!
Campus Fair 2011 *19-23 Sept. @Aula SC*
"Bangun Inspirasi Untuk Menggapai Mimpi"

*19 Sept 2011
12.30-15.30 Kupas Tuntas Sistem Perkuliahan di UIN Jakarta (Dr. Jamhari Makruf, MA/Purek Bid. Akademik)
15.30-17.45 Bedah buku:7 Keajaiban Rezeki (Ahmad Mahili Yusup/Presdir Come,Pngusaha Muda)

*20 Sept 2011
15.30-17.45 Talk show Mahasiswa Berprestasi 

*21 Sept 2011
12.30-15.30 Kuliah Sukses, Organisasi Sukses (Varhan Abdul Aziz/Mantan Ketua DPM UIN Jakarta)
15.30-17.45 Get Your Amazing Success (Ichsanul Ferdiansyah, CH dan Agus Ariwibowo/Duo Motivator SMILE for Indonesia)

*22 Sept 2011 
15.30-17.45 Smart with Organisation
(Ahmad Dimyati/Trainer PT Maestro Motivasi Indonesia)

*23 Sept 2011 
15.30-17.45 Kuliah Enak, Duit Banyak
(Andi Maipa Dewandaru DG. M, C. HT/Motivation Booster, Manager Cave Trainer Academy)

Let's join us..PESERTA TERBATAS..
ketik CF/Nama/Fklts/Jrsn/No.HP ke::
Bro: 0838 7051 9146
Sist: 0838 9884 0700

cp: 0838 7051 9146
Campus Fair 2011
Ikut Acaranya, Resapi Ilmunya, Rasakan Manfaatnya
PHD Team (boleh disebarkan :)

-LDK Syahid UIN Jakarta-

Sabtu, 17 September 2011

BERGERAKLAH!! Karena DIAM ITU MEMATIKAN!!

Ketika ada tantangan yang membelokkan jalannya, ia sadar bahwa ini adalah musibah dan harus dihadapi dengan sikap istiqomah

Ketika 'azzamnya mulai goyah, ia segera sadar dan kembali menguatkannya

Ketika hati mulai terkotori, ia dapat merasakannya dan segera membersihkannya kembali dengan ber-dzikir

Ketika ruhiyah mulai ringkih, ia tersadar dan segera mengisinya kembali

Hanya dengan kekuatan dari Alloh, kita akan bisa istiqomah di jalan dakwah

Kita akan tetap militan bila kita bersama Alloh. Militansi akan selalu ada pada diri kita bila kita istiqomah bersama Alloh. Itulah kuncinya!! 

Karena tak ada kekuatan, selain kekuatan dariNYA.


Teringat kembali akan nasihat seorang ustadz:



Teruslah BERGERAK, hingga KELELAHAN itu LELAH mengikutimu.
Teruslah BERLARI, hingga KEBOSANAN itu BOSAN mengejarmu.
Teruslah BERJALAN, hingga KELETIHAN itu LETIH bersamamu.
Teruslah BERTAHAN, hingga KEFUTURAN itu FUTUR menyertaimu.
Tetaplah BERJAGA, hingga KELESUAN itu LESU menemanimu.
(Ustadz Rahmat Abdullah)



Jangan pernah patah semangat, Kawan!!!

Dakwah ini tak mengenal istilah putus asa!!


"Semangka!!" SEMANGat KAwan!! SEMANGat Karena Alloh!!

"Bila aku DIAM, dan engkau JUGA diam. Maka bagaimana caranya orang BODOH mengeTAHUi keBENARan?" (Imam Ahmad Bin Hanbal)



BERGERAKLAH!! Karena DIAM ITU MEMATIKAN!!


Andaikan Lebih Panjang, Baru dan Semuanya

Apabila ada sahabatnya yang meninggal, Rasulullah SAW biasanya hadir dan mengantarkan jenazah sahabatnya itu ke kuburan. Lalu, setelah semuanya selesai, Rasulullah menyempatkan berkunjung ke rumah keluarga yang ditinggalkan untuk sekedar menghibur. Pada suatu saat, terjadi dialog yang menarik antara Rasulullah dan istri almarhum sahabatnya. "Adakah wasiat dari suamimu?" Tanya Rasulullah.

Mulanya wanita tersebut ragu namun karena Rasulullah yang meminta, istri sahabat itu pun bercerita. "Wahai Rasulullah, sebelum suamiku meninggal, ia sempat berbicara lirih, 'Andaikan lebih panjang ... Andaikan yang baru ... Andaikan semuanya ...' Saya tidak paham apa yang ia katakan. Apakah itu wasiat atau hanya rintihan sakaratul maut? Tanya istri sahabat

Mendengar hal itu, Rasulullah tersenyum, lalu menjelaskan makna ucapan almarhum. "Begini istri sahabatku, apa yang telah engkau dengar dan apa yang telah diucapkan oleh suamimu adalah benar. Suamimu tidak sedang mengigau karena sakaratul maut. Ketika itu, suamimu melihat pahala amalan selama hidupnya" Jelas Rasulullah.

Kemudian Rasulullah melanjutkan penjelasannya, "Amalan tersebut terjadi ketika suamimu itu pergi ke masjid. Di perjalanan, ia bertemu dengan orang buta yang sama-sama hendak ke masjid, lalu ia menuntunnya. Maka, di akhir hayatnya ia menyesal, 'Andaikan jalan ke masjid itu lebih panjang lagi', pasti pahalanya lebih besar dari yang ia lihat sekarang"

"Suatu hari pula, suamimu itu juga hendak pergi ke masjid untuk sholat subuh. Di perjalanan, ia bertemu dengan orang yang sedang kedinginan. Lalu ia memberikan satu dari dua mantel yang ia pakai. Dan yang ia berikan itu bukan yang baru. Karena mantel yang baru, ia sendiri yang pakai. Maka, di akhir hayatnya ia menyesal. 'Andaikan yang diberikan itu mantel yang baru', pasti pahalanya lebih besar dari yang ia lihat sekarang." Lanjut Rasululullah.

"Suatu hari juga engkau sedang menyiapkan makanan untuk suamimu. Ketika makanan iu hendak dimakannya, tiba-tiba ada pengemis. Lalu suamimu memberikan separuh dari makanan itu. Maka, di akhir hayatnya ia menyesal. 'Andaikan yang ia berikan itu semuanya', pasti pahalanya lebih besar dari yang ia lihat sekarang." Jelas Rasulullah kepada pertanyaan istri sahabatnya itu.


Dari kisah di atas, dapat diambil hikmahnya. Sekecil apa pun amalan yang dilakukan, akan diperlihatkan. "Barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula." (QS. Az-Zalzalah: 7-8)

Doraemon and Friends

Kata-kata bijak Doraemon:

"Berbuat kesalahan adalah kelemahan manusia, tapi belajar dari kesalahan adalah kekuatan manusia"

"Hidup itu ternyata penuh perjuangan"

"Tidak selamanya kamu (Nobita) jadi anak-anak"

"Orang tua itu kasihan ya, sebab tidak ada lagi yang lebih besar darinya untuk dijadikan tempat mengadu"

"Jangan menengok ke masa lalu terus, lebih baik belajar dari sekarang untuk masa depan mu (Nobita)"

"Kita masih bisa mengubah masa depan jika kita semangat"

"Biar hanya permainan, kamu tidak boleh curang"

"Kamu (Nobita) harus bertanggung jawab dengan semua perbuatanmu"



Kata-kata bijak Nobita:

"Aku berjanji nek akan menjadi seperti boneka daruma yang selalu segera bangkit tegak kembali dengan muka yang tegar walaupun jatuh terguling-guling." (Janji nobita ke neneknya)

Waktu doraemon mau pulang ke masa depan, nobita menantang giant sebagai bukti kalo dia bisa hidup mandiri tanpa doraemon dan menang: “Aku menang, Doraemon. Pulanglah tanpa rasa khawatir, sebab tanpamu aku masih bisa menang…”

Waktu nobita udah gede dan udah jadi ayah: "Meskipun kehidupanku biasa saja, aku bahagia bisa membahagiakan shizuka (istrinya) dan nobisuke (anaknya), dan tentu saja aku akan selalu berusaha lebih keras untuk lebih membahagiakan mereka."

"Aku ingin jadi anak kecil terus, nikmat rasanya hidup tanpa beban"

Waktu nobita kabur dari rumah trus pengen balik lagi: "Biarpun menjengkelkan, dia tetaplah ibu yang selalu menyayangi ku"

"Yang pengecut tertinggal sendirian"

"Orang jahat adalah orang yang tidak bertanggung jawab"

"Kalau semua bahagia itu sudah cukup membauat aku senang"

"Biar anak kecil atau orang dewasa, kalau salah ya harus ditegur"

"Melampiaskan kekesalan pada anak adalah hal yang salah"

"Dulu aku senang sekali bisa sekolah, entah sejak kapan aku jadi malas begini, aku ingin berusaha lebih baik"

"Aku sudah berjanji padamu doraemon, jadi aku akan berusaha dengan kemampuan ku sendiri"


Kata-kata bijak tokoh lain:

"Kalau terus bergantung pada orang lain, hidupmu akan berantakan" (Ayah Nobita)

"Menghentikan rencana di tengah jalan itu gak baik" (Ayah Nobita)

"Bercanda itu ada batasnya" (Ayah Nobita)

"Jangan selalu memilih jalan yang mudah, seperti air yang selalu mengalir ke tempat rendah, tiba -tiba kita sudah ada di tempat paling dasar" (Ayah Nobita)

"Manusia dalam kehidupan seperti bejalan mendaki membawa beban berat dan berlari berlawanan dengan angin" (Ayah Nobita)

"Orang menjadi besar setelah melewati berbagai rintangan dan penderitaan" (Ayah Nobita)

"Datanglah masalah !! kemampuan diri sendiri memang ada batasnya tapi aku akan berjuang sekuat tenaga" (Ayah Nobita)

"Kalau kamu memang laki - laki jangan melarikan diri, tabrakkan dirimu dengan masalah" (Ayah Nobita)

"Laki - laki yang sejati jika sudah memutuskan mana boleh mundur begitu saja" (Ayah Nobita)

"Jangan menangis, niat kalian yang baik sudah cukup berarti bagi ayah" (Ayah Nobita ke Nobita dan Doraemon)

"Terserah mau jadi apa yang penting berguna bagi masyarakat" (Ibu Nobita waktu Nobita lahir)

"Binatang itu memang lucu ya, kalau disayang mereka akan balik menyayangi kita" (Suneo)

"Orang tua itu juga manusia, terkadang mereka marah karena permasalahan di luar dan melampiaskan di rumah" (Suneo)

"Menurutku mimpi itu indah lho..." (Shizuka)

Waktu malam sebelum pernikahan nobita, shizuka ingin membatalkan pernikahan tapi ditolak sama ayahnya: "nobita adalah anak yang baik, selalu mengharapkan kebaikan bagi orang lain, itu adalah sifat manusia yang paling terpuji" (Ayah Shizuka)

"Biarpun sering bertengkar tapi tetap saja kakek dan doraemon adalah sahabat baik" (Sewashi <cucu nobita="">)</cucu>

"Uang sepantasnya didapat dari hasil kerja keras sendiri" (Dorami)


Tidak Usah Ustadz, Nanti Juga Kotor Lagi

Dalam perjalanan ke luar kota, seorang ustadz meminta supirnya untuk mencuci mobil di suatu tempat peristirahatan. Dengan enteng supirnya menjawab, “Tidak usah ustadz, nanti juga kotor lagi.”

Sang Ustadz tidak menjawab, dia hanya tersenyum menanggapi jawaban supirnya. Namun, ternyata ada sebuah rencana besar yang memberikan hikmah baik kepada si supir maupun kepada kita.

Sampai pada waktu makan, Ustadz dan rombongannya masuk ke sebuah rumah makan, tidak terkecuali supir. Ustadz ini memang tidak membeda-bedakan orang, dia selalu memperlakukan supirnya dengan baik, dengan cara makan dan tidur di tempat yang sama atau setara dengannya.

Saat si supir akan mengambil nasi, piringnya di ambil oleh ustadz. Supir pun kaget.

“Mengapa ustadz? Saya tidak boleh makan?” tanya supir keheranan.

“Betul, kamu tidak usah makan.” kata ustadz dengan tenangnya.

“Mengapa ustadz? Saya kan lapar juga.” katanya bertanya-tanya.

“Tidak usah makan, nanti juga lapar lagi!” kata ustadz.

Si supir tertegun. Kemudian dia sadar. Sambil tertawa dia berkata,

“OK dech, setelah makan nanti saya cuci mobilnya.”

Al-Qabidh dan Al-Basith

Dia yang menempatkan kita dalam himpitan kesempitan adalah Dia yang menempatkan kita dalam lautan kelapangan

Dia yang menghantam kita dengan badai musibah adalah Dia yang membanjiri kita denngan luapan nikmat-Nya

Dia-lah ALLAH SWT Al-Qabidh (Yang Maha Menyempitkan) dan Al-Basith (Yang Maha Melapangkan)

Anak Akhirat dan Anak Dunia ^^

Dunia terus berjalan mundur, sedangkan akhirat berjalan maju. Dan semuanya mempunyai anak. Maka, jadilah anak-anak akhirat dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sebab hari ini untuk beramal bukan untuk hisab. Sedang esok untuk hisab bukan untuk beramal" (Ali bin Abi Tholib)

Dunia (Banding) Akhirat

Perbandingan dunia dengan akhirat seperti seorang yang mencelupkan jari ke dalam laut lalu diangkatnya dan dilihatnya apa yang diperolehnya" (HR. Muslim dan Ibnu Majah)

Kawan, Anda Spesial!!

Suatu hari, seorang ulama terkenal membuka seminarnya dengan cara yang unik. Sambil memegang uang pecahan Rp. 100.000. Ia bertanya kepada hadirin. "Siapa yang mau uang ini?". Tampak banyak tangan yang diacungkan, pertanda banyak peminat. "Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini". Ia berdiri mendekati hadirin. Uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat. Lalu bertanya lagi, "Siapa yang masih mau uang ini?". Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.

"Baiklah", jawabnya. "Apa jadinya bila saya melakukan ini?", ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak-injak dengan sepatunya. Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi. "Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat?"

Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak. "Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apapun yang terjadi pada uang ini Anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lusuh dan kotor, uang ini tetap bernilai Rp. 100.000. Dalam kehidupan ini, kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan berlumuran kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita. Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti. Padahal apa pun yang telah, sedang, dan akan terjadi, Anda tidak pernah kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda, terlebih di mata ALLAH. Jangan pernah lupa, Anda spesial!!"

(Disadur dari buletin JEJAK "Selamat Datang Saudaraku" LDK UIN SYAHID Jakarta)

Kawan, Anda spesial. Anda-lah PEMENANG DARI PEMENANG. Kini, siapkan sebuah buku kosong serta pulpen. Lembar demi lembar, ukir sejarah kehidupan buku Anda di kampus peradaban ini. Meniti jejak cita dan asa, serta songsong masa depan nan gemilang Anda!!


Kawan, Anda spesial!!

Minggu, 29 Mei 2011

Hidup Itu ...

Hidup itu bernafas, maka bernafaslah!
Hidup itu berpikir, maka berpikirlah!
Hidup itu bergerak, maka bergeraklah!
Hidup itu berkehendak, maka berkehendaklah!

Hidup layaknya perjalanan, maka berjalanlah!
Hidup layaknya permainan, maka bermainlah!
Hidup layaknya perlombaan, maka berlombalah!
Hidup layaknya petualangan, maka bertualanglah!

Hidup adalah pengharapan, maka berharaplah!
Hidup adalah perjuangan, maka berjuanglah!
Hidup adalah pengorbanan, maka berkorbanlah!
Hidup adalah hidup, maka HIDUPLAH!!

Pohon Tua

Suatu ketika, di sebuah padang, tersebutlah sebatang pohon rindang.

Dahannya rimbun dengan dedaunan. Batangnya tinggi menjulang. Akarnya, tampak menonjol keluar, menembus tanah hingga dalam.

Pohon itu, tampak gagah di banding dengan pohon-pohon lain di sekitarnya.

Pohon itupun, menjadi tempat hidup bagi beberapa burung disana.

Mereka membuat sarang, dan bergantung hidup pada batang-batangnya.

Burung-burung itu membuat lubang, dan mengerami telur-telur mereka dalam kebesaran pohon itu. Pohon itupun merasa senang, mendapatkan
teman, saat mengisi hari-harinya yang panjang.

Orang-orang pun bersyukur atas keberadaan pohon tersebut. Mereka kerap singgah, dan berteduh pada kerindangan pohon itu. Orang-orang itu sering duduk, dan membuka bekal makan, di bawah naungan dahan-dahan. "Pohon yang sangat berguna," begitu ujar mereka setiap selesai
berteduh. Lagi-lagi, sang pohon pun bangga mendengar perkataan tadi.

Namun, waktu terus berjalan. Sang pohon pun mulai sakit-sakitan. Daun-daunnya rontok, ranting-rantingnya pun mulai berjatuhan. Tubuhnya, kini mulai kurus dan pucat. Tak ada lagi kegagahan yang dulu di milikinya.

Burung-burung pun mulai enggan bersarang disana. Orang yang lewat, tak lagi mau mampir dan singgah untuk berteduh.

Sang pohon pun bersedih. "Ya Tuhan, mengapa begitu berat ujian yang Kau berikan padaku? Aku butuh teman. Tak ada lagi yang mau mendekatiku. Mengapa Kau ambil semua kemuliaan yang pernah aku miliki?" begitu ratap sang pohon, hingga terdengar ke seluruh hutan. "Mengapa tak Kau tumbangkan saja tubuhku, agar aku tak perlu merasakan siksaan ini?" Sang pohon terus menangis, membasahi tubuhnya yang kering.

Musim telah berganti, namun keadaan belumlah mau berubah. Sang pohon tetap kesepian dalam kesendiriannya. Batangnya tampak semakin kering.

Ratap dan tangis terus terdengar setiap malam, mengisi malam-malam hening yang panjang.

Hingga pada saat pagi menjelang. "Cittt...cericirit. ..cittt" Ah suara apa itu? Ternyata, ada seekor anak burung yang baru menetas.

Sang pohon terhenyak dalam lamunannya. "Cittt...cericirit. ..cittt," suara itu makin keras melengking. Ada lagi anak burung yang baru lahir. Lama kemudian, riuhlah pohon itu atas kelahiran burung-burung baru. Satu... dua... tiga... dan empat anak burung lahir ke dunia. "Ah, doaku di jawab-Nya," begitu seru
sang pohon.

Keesokan harinya, beterbanganlah banyak burung ke arah pohon itu. Mereka,akan membuat sarang-sarang baru. Ternyata, batang kayu yang kering, mengundang burung dengan jenis tertentu tertarik untuk mau bersarang disana.

Burung-burung itu merasa lebih hangat berada di dalam batang yang kering, ketimbang sebelumnya. Jumlahnya pun lebih banyak dan lebih beragam. "Ah, kini hariku makin cerah bersama burung-burung ini",
gumam sang pohon dengan berbinar.

Sang pohon pun kembali bergembira. Dan ketika dilihatnya ke bawah, hatinya kembali membuncah. Ada sebatang tunas baru yang muncul di dekat akarnya. Sang Tunas tampak tersenyum. Ah, rupanya, airmata sang pohon tua itu, membuahkan bibit baru yang akan melanjutkan pengabdiannya pada alam.


***


Teman, begitulah. Adakah hikmah yang dapat kita petik disana? Allah memang selalu punya rencana-rencana rahasia buat kita. Allah, dengan kuasa yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, akan selalu memberikan jawaban-jawaban buat kita.

Walaupun kadang penyelesaiannya tak selalu mudah ditebak, namun, yakinlah, Allah Maha Tahu yang terbaik buat kita.

Saat dititipkan-Nya cobaan buat kita, maka di saat lain, diberikan-Nya kita karunia yang berlimpah. Ujian yang sandingkan-Nya, bukanlah harga mati. Bukanlah suatu hal yang tak dapat disiasati. Saat Allah memberikan cobaan pada sang Pohon, maka, sesungguhnya Allah, sedang MENUNDA memberikan kemuliaan-Nya. Allah tidak memilih untuk menumbangkannya, sebab, Dia menyimpan sejumlah rahasia. Allah, sedang menguji kesabaran yang dimiliki.

Teman, yakinlah, apapun cobaan yang kita hadapi, adalah bagian dari rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan- Nya buat kita. Jangan putus asa, jangan lemah hati. Allah, selalu bersama orang-orang yang sabar.

Telaga Hati

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Pemuda itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia. Pemuda itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak mendengarkan dengan seksama.

Beliau lalu mengambil segenggam garam dan segelas air. Dimasukkannya garam itu ke dalam gelas,lalu diaduk perlahan.

"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya," ujar Pak tua itu.

"Asin. Asin sekali," jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.

Pak Tua tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Beliau lalu mengajak sang pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggal Beliau. Sesampai di tepi telaga, Pak Tua menaburkan segenggam garam ke dalam telaga
itu. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga itu.

"Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah."

Saat pemuda itu selesai mereguk air itu, Beliau bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut sang pemuda.

"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Beliau lagi.

"Tidak," jawab si anak muda.

Dengan lembut Pak Tua menepuk-nepuk punggung si anak muda. "Anak muda,dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi, tak lebih dan tak kurang. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk
menampung setiap kepahitan itu."

Beliau melanjutkan nasehatnya.

"Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. "

Rumah Cinta Bernama KomDa FKIK

Aku punya rumah bernama KomDa FKIK. Di sana aku punya ayah, ibu, kakak, adik dan saudara sebaya. Ayah selalu menjagaku agar tidak salah langkah. Ibu menasehatiku agar aku selalu di jalan yang benar. Kakak berbagi pengalaman asam garam kehidupan. Saudara sebaya memegang tangan agar kuat menghadapi badai. Adik-adik dengan mata berbinar minta bimbingan. Aku sangat cinta keluargaku.
Tak semua anggota keluargaku orang baik. Seperti halnya manusia, mereka punya dosa dan pahala. Aku berusaha menerima kenyataan itu. Sebab aku tahu, mereka tak seburuk yang kusangka. Siapa tahu mereka lebih baik daripada aku. Bukankah penampilan sering menipu. Prasangka baik adalah senjata ampuh agar aku tetap bisa mencintai keluargaku
Sering aku kecewa pada mereka. Ayah terlalu sibuk bekerja. Ibu sering pergi entah ke mana. Kakak tak sempat duduk bersama mendengarkan keluh kesah. Saudara sebaya terlihat sombong dan angkuh dalam dunianya, sedang adik terus merengek minta perhatian ekstra. Aku sendirian. Aku kesepian. Air mata menetes. Aku menangis tanpa suara.
Waktu mengajak aku melihat dari sudut pandang berbeda. Ternyata semua itu adalah cara keluarga mendewasakan aku. Aku dituntut mandiri. Tak terlalu bergantung pada mereka. Ayah dan Ibu hanya membukakan pintu, harus aku sendiri melalui. Kakak hanya bisa menunjukkan jalan, harus aku sendiri meretasnya.
Saudara sebaya menempuh jalur lain, agar semua tempat kami tapaki. Ketika sadar akan hal itu, kugendong adik menerjang duri. Kami berpeluh bersama. Kami berdarah semua. Namun kami bahagia. Merasakan nikmatnya persaudaraan tiada dua.
Ketika aku sakit, sering aku merasa tak diperhatikan. Seolah menderita sendiri. Namun sebelum pergi ternyata keluargaku meninggalkan obat. Kadang-kadang mereka juga mengirim suplemen dari jauh. Lagi-lagi, harus aku sendiri menyeduh dan mengunyahnya. Dari tampilannya, obat itu terlihat pahit. Tapi ketika kutelan rasanya manis sekali. Aku jadi tenang. Tidurku jadi nyenyak. Esoknya aku bangun dengan kesegaran baru. Semangat baru.
Ketika beranjak dewasa, aku harus lepas dari keluargaku. Aku harus membangun rumah sendiri. Sebuah rumah sederhana. Dibangun dengan bahan-bahan alami yang tersebar di alam raya. Murah tinggal mau atau tidak memungutnya. Hanya saja ayah ibu selalu berpesan "pondasi rumahmu harus kuat! Tak boleh goyah diterjang badai hardikan. Jangan sampai roboh diusik angin dengki. Cabuti ilalang rakus tamak. Kamu harus mempercantik rumahmu setiap pekan. Berbagilah, jangan kerja sendiri. Tentukan, siapa yang mengurus teras, ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur dan ruang mandi cuci kakus. Pagarilah rumahmu dengan cinta kasih hakiki." Pesan itu selalu ternginag di telingaku.
Meski seadanya aku berusaha mendirikan rumah sendiri. Lalu aku melakukan perjalanan ke pelosok negeri. Melihat saudara-saudaraku yang juga membangun rumah juga. Setiap rumah yang kudatangi selalu menyambut hangat. Aku akan bercerita tentang tinta-tinta yang tertoreh. Tentang jejak-jejak yang tertinggal, tentang lembar-lembar kertas yang disobek. Tentang tunas-tunas yang disemai. Tentang virus-virus berbahaya pemakan semangat. Setelah puas bertukar kata, akan tumbuh satu bunga di hatiku.
Bunga itulah yang akan kubawa sebagai oleh-oleh untuk keluargaku. KomDa FKIK adalah rumahku. Aku akan selalu cinta. Selalu sayang. Bagaimanapun aku lahir di sana. Besar di sana. Dewasa disana. Belajar bersama. Aku akan selalu merawat rumahku agar selalu bersih. Menghiasnya dengan aneka hiasan cantik. Bunga-bunga indah. Akan kusemprotkan pengharum ruangan yang tak lekang oleh waktu.
Kusajikan makanan-makanan enak bagi para tamu. Biar mereka betah tinggal di rumahku. Biar selalu muncul wajah-wajah baru yang juga akan membangun rumah di kemudian hari.
KomDa FKIK rumahku. Cintaku. Cara aku mengabdi pada-Nya. Cara aku meraih ridho-Nya. Damaikan aku selalu di sisi-Mu.

“Organisasi bukan hanya kumpulan orang-orang
seperti benda-benda yang terdiam,
tetapi organisasi adalah kumpulan orang-orang yang
memiliki tujuan dan manfaat”.


Aku dan Rumah Cinta Komda FKIK ^^

Cari Tahu