Oleh: Mahdiah Maimunah (PSPD 2012)
Beberapa hari ini saya merasa melewati hari dengan sia-sia. Meski telah melaksanakan tanggung jawab besar dalam sebuah kepanitiaan, tapi jiwa saya tidak puas. Ada yang hilang! Melewati satu hari tanpa ilmu yang banyak itu seperti tanpa kehidupan. Lalu saya berpikir, bagaimana mampu memberi tanpa ada isi? Kemana diri saya? Bukankah sebesar2nya kemanfaatan akan dapat diberi dengan sebesar2 isi yang kita miliki?
Haus! Lapar! Tidak mungkin jika selama hidup hanya dipertemukan dengan masalah yang ini saja dan jiwa saya selalu menurut oleh ritme kemauan orang-orang di sekeliling saya. Harus ada perubahan! Harus memberi kemanfaatan. Harus bisa menjadi figur dengan seribu kemanfaatan. Agar kelak ketika Allah menanyakan apa yang telah kau lakukan di dunia, kita mampu menjawabnya dengan tenang. Yakinkan bahwa menjadi seorang yang gagah seperti Khalid bukan halangan. Menjadi seorang pemimpin yang berwibawa seperti Umar bukan mustahil menjadi dan memiliki beragam keistimewaan sebagai seorang muslim bukan suatu yang ada di awan 'angan-angan'.
Menjauhlah kerendahan dan ketakutan! Gapai ketinggian untuk kemulian tanpa harus melupakan kesucian jiwa yang kokoh di dalam dada. Ada harapan besar nan membara bahwa ummat islam mesti bangkit! Bangkit dengan terobosan-terobosan yang mengguncang dunia, mengembalikan kemuliaan yang dulu hilang direbut kerakusan yahudi, barat dan dedengkotnya. Menjadi mulia dengan keluhuran akhlak yang ada pada teladan mulia sepanjang sejarah, nabi-nabi dan sahabat-sahabatnya: sabar, sensitive, peduli, rela berkorban, rendah hati dan akhlak2 yang kini semakin tergantikan dengan kebiadaban. Kemana islam yang dulu? Bukankah ia yang membuat harapan muslim kini masih membara dengan panasnya? Membuat kita bertahan dalam keistiqamahan sikap mulia dan bertahan mengkondisikan sekitar kita agar tak bertambah parah rusaknya? Kemana dia? Kemana?